Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Minggu, 01 Desember 2013

Amalan Khusus dan Keutamaan Malam Nishfu Sya’ban

konsultasisyariah

Keutamaan Bulan Sya’ban dan Ibadah di Dalamnya

Bulan Sya’ban adalah bulan dimana amal shalih diangkat ke langit. Hal tersebut didasarkan kepada hadits Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam:
Dari Usamah bin Zaid berkata:
Saya bertanya: “Wahai Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, saya tidak melihat engkau puasa di suatu bulan lebih banyak melebihi bulan Sya’ban?” Rasul Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Bulan tersebut banyak dilalaikan manusia, antara Rajab dan Ramadhan, yaitu bulan diangkat amal-amal kepada Rabb alam semesta, maka saya suka amal saya diangkat sedang saya dalam kondisi puasa.” (HR Ahmad, Abu Dawud, An Nasa’i dan Ibnu Khuzaimah)
Di samping itu Bulan Sya’ban yang letaknya persis sebelum Ramadhan seolah menjadi starting point untuk menyambut Ramadhan. Sehingga isyaratnya adalah kita perlu menyiapkan bekal ibadah untuk menyambut bulan Ramadhan. Dalam hal mempersiapkan hati atau ruhiyah, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam mencontohkan kepada umatnya dengan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, sebagaimana yang diriwayatkan ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anh:
“Saya tidak melihat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam menyempurnakan puasanya, kecuali di bulan Ramadhan. Dan saya tidak melihat dalam satu bulan yang lebih banyak puasanya kecuali pada bulan Sya’ban.” (HR Muslim).

Keutamaan Malam Nishfu Sya’ban

Allah berfirman:
“Sesungguhnya Kami menurunkan Al Quran di malam yang berkah, dan sesungguhnya Kami yang memberi peringatan. Di malam itu diturunkan setiap takdir dari Yang Maha Bijaksana.” (QS. Ad Dukkhan: 3-4).
Diriwayatkan dari Ikrimah bahwa yang dimaksud malam pada ayat di atas adalah Malam Nishfu Sya’ban. Ikrimah mengatakan: “Sesungguhnya malam tersebut adalah malam Nishfu Sya’ban. Di malam ini Allah menetapkan takdir setahun.” (Tafsir Al Qurtubi, 16/126).
Sementara itu, mayoritas ulama berpendapat bahwa malam yang disebutkan pada ayat di atas adalah Lailatul Qadar dan bukan Nishfu Sya’ban. Sebagaimana keterangan Ibnu Katsir, setelah menyebutkan ayat di atas, beliau mengatakan:
“Allah berfirman menceritakan tentang Al-Quran bahwa Dia menurunkan kitab itu pada malam yang berkah, yaitu Lailatul Qadar. Sebagaimana yang Allah tegaskan di ayat yang lain, (yang artinya);“Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Quran di lailatul qadar.” Dan itu terjadi di Bulan Ramadhan, sebagaimana yang Allah tegaskan, (yang artinya); “Bulan ramadhan, yang mana di bulan ini diturunkan Al Quran.” (Tafsir Ibn Katsir, 7/245).
Selanjutnya Ibnu Katsir menegaskan lebih jauh:
“Karena itu, siapa yang mengatakan, yang dimaksud malam pada ayat di atas adalah malam Nishfu Syaban – sebagaimana riwayat dari Ikrimah – maka itu pendapat yang terlalu jauh, karena nash Al Quran dengan tegas bahwa malam itu terjadi di Bulan Ramadhan.” (Tafsir Ibn Katsir, 7/246).
Dengan demikian, pendapat yang kuat tentang malam yang berkah, yang disebutkan pada surat Ad Dukhan di atas adalah Lailatul Qadar di bulan Ramadhan dan bukan malam Nishfu Syaban. Karena itu, ayat dalam surat Ad Dukhan di atas, tidak bisa dijadikan dalil untuk menunjukkan keutamaan malam Nishfu Syaban.

Hadits-hadits tentang  Malam Nishfu Sya’ban

Pertama
“Jika datang malam pertengahan bulan Sya’ban, maka lakukanlah qiyamul lail, dan berpuasalah di siang harinya, karena Allah turun ke langit dunia saat itu pada waktu matahari tenggelam, lalu Allah berfirman, ‘Adakah orang yang minta ampun kepada-Ku, maka Aku akan ampuni dia. Adakah orang yang meminta rezeki kepada-Ku, maka Aku akan memberi rezeki kepadanya. Adakah orang yang diuji, maka Aku akan selamatkan dia, dst…?’ (Allah berfirman tentang hal ini) sampai terbit fajar.” (HR. Ibnu Majah, 1/421; HR. al-Baihaqi dalam Su’abul Iman, 3/378)
Hadits dengan redaksi di atas adalah hadits maudhu’ (palsu), karena perawi bernama Ibnu Abi Sabrah statusnya muttaham bil kadzib (tertuduh berdusta), sebagaimana keterangan Ibnu Hajar dalam At Taqrib. Imam Ahmad dan gurunya (Ibnu Ma’in) berkomentar tentang Ibnu Abi Sabrah, “Dia adalah perawi yang memalsukan hadits.” (Lihat Silsilah Dha’ifah, no. 2132)
Kedua
Riwayat dari A’isyah, bahwa beliau menuturkan:
“Aku pernah kehilangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian aku keluar, ternyata beliau di Baqi, sambil menengadahkan wajah ke langit. Nabi bertanya; “Kamu khawatir Allah dan Rasul-Nya akan menipumu?” (maksudnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memberi jatah Aisyah). Aisyah mengatakan: “Wahai Rasulullah, saya hanya menyangka Anda mendatangi istri yang lain.” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah turun ke langit dunia pada malam Nishfu Syaban, kemudian Dia mengampuni lebih dari jumlah bulu domba Bani Kalb.”
Hadits ini diriwayatkan At Turmudzi, Ibn Majah dari jalur Hajjaj bin Arthah dari Yahya bin Abi Katsir dari Urwah bin Zubair dari Aisyah. At Turmudzi menegaskan: “Saya pernah mendengar Imam Bukhari mendhaifkan hadits ini.” Lebih lanjut, imam Bukhari menerangkan: “Yahya tidak mendengar dari Urwah, sementara Hajaj tidak mendengar dari Yahya.” (Asna Al Mathalib, 1/84).
Ibnul Jauzi mengutip perkataan Ad Daruquthni tentang hadits ini: “Diriwayatkan dari berbagai jalur, dan sanadnya goncang, tidak kuat.” (Al Ilal Al Mutanahiyah, 3/556). Akan tetapi hadits ini dishahihkan Al Albani, karena kelemahan dalam hadits ini bukanlah kelemahan yang parah, sementara hadits ini memiliki banyak jalur, sehingga bisa terangkat menjadi shahih dan diterima. (lihat Silsilah Ahadits Dhaifah, 3/138).
Ketiga
Hadits dari Abu Musa Al Asy’ari, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah melihat pada malam pertengahan Sya’ban. Maka Dia mengampuni semua makhluknya, kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.”
Hadits ini memiliki banyak jalur, diriwayatkan dari beberapa sahabat, diantaranya Abu Musa, Muadz bin Jabal, Abu Tsa’labah Al Khusyani, Abu Hurairah, dan Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhum. Hadits dishahihkan oleh Imam Al Albani dan dimasukkan dalam Silsilah Ahadits Shahihah, no. 1144. Beliau menilai hadits ini sebagai hadits shahih, karena memiliki banyak jalur dan satu sama saling menguatkan. Meskipun ada juga ulama yang menilai hadits ini sebagai hadits lemah, dan bahkan mereka menyimpulkan semua hadits yang menyebutkan tentang keutamaan Nishfu Syaban sebagai hadits dhaif.

Sikap Ulama Mengenai Menghidupkan Malam Nishfu Sya’ban

Pendapat pertama
Statusnya sama dengan malam-malam biasa lainnya. Mereka menyatakan bahwa semua dalil yang menyebutkan keutamaan malam nishfu Sya’ban adalah hadis lemah. Al-Hafizh Abu Syamah mengatakan, “Al-Hafizh Abul Khithab bin Dihyah, dalam kitabnya tentang bulan Sya’ban, mengatakan, ‘Para ulama ahli hadis dan kritik perawi mengatakan, ‘Tidak terdapat satu pun hadits shahih yang menyebutkan keutamaan malam Nishfu Sya’ban.’” (Al Ba’its ‘ala Inkaril Bida’, hlm. 33)
Pendapat kedua
Para ulama yang menilai shahih beberapa dalil tentang keutamaan Nishfu Sya’ban, mereka mengimaninya dan menegaskan adanya keutamaan malam tersebut.
Setelah menyebutkan beberapa waktu yang utama, Syekhul Islam mengatakan, “… Pendapat yang dipegang mayoritas ulama dan kebanyakan ulama dalam Mazhab Hanbali adalah meyakini adanya keutamaan malam nishfu Sya’ban. Ini juga sesuai keterangan Imam Ahmad. Mengingat adanya banyak hadis yang terkait masalah ini, serta dibenarkan oleh berbagai riwayat dari para shahabat dan tabi’in ….” (Majmu’ Fatawa, 23/123)
Ibnu Rajab mengatakan, “Terkait malam nishfu Sya’ban, dahulu para tabi’in penduduk Syam, seperti Khalid bin Ma’dan, Mak-hul, Luqman bin Amir, dan beberapa tabi’in lainnya memuliakannya dan bersungguh-sungguh dalam beribadah di malam itu ….” (Lathaiful Ma’arif, hlm. 247)
Diantara jajaran ulama  yang memegang pendapat ini adalah Syaikh Muhammad Nasiruddin Al Albani. Bahkan beliau menganggap sikap sebagian orang yang menolak semua hadits tentang malam Nishfu Sya’ban termasuk tindakan yang gegabah.
Syaikh ‘Athiyah Saqr (Mufti Mesir), pernah ditanya apakah ada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengadakan acara khusus pada malam Nishfu Sya’ban? Beliau menjawab (dikutip secara ringkas):
“Telah pasti dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwa beliau melakukan kegiatan pada bulan Sya’ban yakni berpuasa. Sedangkan qiyamul lail-nya banyak beliau lakukan pada setiap bulan, dan qiyamul lail-nya pada malam Nisfhu Sya’ban sama halnya dengan qiyamul lail pada malam lain. Hal ini didukung oleh hadits-hadits yang telah saya sampaikan sebelumnya, jika hadits tersebut dhaif maka berdalil dengannya boleh untuk tema fadhailul ‘amal (keutamaan amal shalih), dan qiyamul lail-nya beliau sebagaimana disebutkan dalam hadits dari ‘Aisyah yang telah saya sebutkan. Aktifitas yang dilakukannya adalah aktifitas perorangan, bukan berjamaah. Sedangkan aktifitas yang dilakukan manusia saat ini, tidak pernah ada pada masa Rasulullah, tidak pernah ada pada masa sahabat, tetapi terjadi pada masa tabi’in.
Al Qasthalani menceritakan dalam kitabnya Al Mawahib Al Laduniyah (Juz 2, Hal. 259), bahwa tabi’in dari negeri Syam seperti Khalid bin Mi’dan, dan Mak-hul, mereka berijtihad untuk beribadah pada malam Nishfu Sya’ban. Dari merekalah manusia beralasan untuk memuliakan malam Nishfu Sya’ban. Diceritakan bahwa telah sampai kepada mereka atsar israiliyat (baca: kisah berasal dari Bani Israel) tentang hal ini. Ketika hal tersebut tersiarkan, maka manusia pun berselisih pendapat, maka di antara mereka ada yang mengikutinya. Namun perbuatan ini diingkari oleh mayoritas ulama di Hijaz seperti Atha’, Ibnu Abi Malikah, dan dikutip dari Abdurrahman bin Zaid bin Aslam bahwa fuqaha Madinah juga menolaknya, yakni para sahabat Imam Malik dan selain mereka, lalu mereka mengatakan: “Semua itu bid’ah!”
Kemudian Al Qasthalani berkata: “Ulama penduduk Syam berbeda pendapat tentang hukum menghidupkan malam Nishfu Sya’ban menjadi dua pendapat: Pertama, dianjurkan menghidupkan malam tersebut dengan berjamaah di masjid. Khalid bin Mi’dan dan Luqman bin ‘Amir, dan selainnya, mereka mengenakan pakain bagus, memakai wewangian, bercelak, dan mereka menghidupkan malamnya dengan shalat. Hal ini disepakati oleh Ishaq bin Rahawaih, dia berkata tentang shalat berjamaah pada malam tersebut: “Itu bukan bid’ah!” Hal ini dikutip oleh Harb Al Karmani ketika dia bertanya kepadanya tentang ini. Kedua, bahwa dibenci (makruh) berjamaah di masjid untuk shalat, berkisah, dan berdoa pada malam itu, namun tidak mengapa jika seseorang shalatnya sendiri saja. Inilah pendapat Al Auza’i, imam penduduk Syam dan faqih (ahli fiqih)-nya mereka dan ulamanya mereka.”
Syaikh Yusuf Al Qardhawi berpendapat tentang ritual di malam Nishfu Sya’ban bahwa tidak pernah diriwayatkan dari Nabi dan para sahabat bahwa mereka berkumpul di masjid untuk menghidupkan malam Nishfu Sya’ban, membaca doa tertentu dan shalat tertentu seperti yang kita lihat pada sebagian negeri orang Islam. Juga tidak ada riwayat untuk membaca surah Yasin, shalat dua rakaat dengan niat panjang umur, dua rakaat yang lain pula dengan niat tidak bergantung kepada manusia, kemudian mereka membaca do`a yang tidak pernah dipetik dari golongan salaf (para sahabah, tabi`in dan tabi’ tabi`in).

Keyakinan Masyarakat Awam dan Ibadah di Malam Harinya

Syaikh Hasan Al Banna dalam risalahnya mengenai hadits-hadits malam Nishfu Sya’ban menyebutkan beberapa keyakinan masyarakat awam mengenai ibadah dan keyakinan seputar Nishfu Sya’ban:
  1. Ada yang berkayakinan bahwa malam ini adalah malam diangkatnya amalan. Sebelumnya sudah kita bahas, bahwa malam tersebut bukan malam Nishfu Sya’ban, tapi malam Lailatul Qadar sebagaimana pendapat yang rajih
  2. Keyakinan bahwa barangsiapa yang hadir pada saat berdoa di masjid selepas shalat magrib dan melaksanakan shalat sebagaimana yang disebutkan, maka ia tidak akan mati pada tahun tersebut. Padahal sudah jelas, bahwa Allah lah yang menentukan ajal. Mereka akan merasa menyesal apabila tidak bisa berkumpul malam ini. Hal-hal yang seperti ini adalah keyakinan yang batil dan tidak ada landasannya
  3. Membaca Surat Yasin pada malam Nishfu Sya’ban. Mereka berkumpul dan membaca doa dengan cara tertentu. Mengenai hal ini saya belum pernah menemukan dalilnya. Karena sesungguhnya membaca Al Quran sangat disukai pada setiap waktu. Namun bila mengkhususkan hanya pada malam tersebut untuk membaca surat yang khusus, maka hal itu tidak pernah disebutkan dalam dalil apapun. Saya belum mendapatkan dalilnya tentang bolehnya hal tersebut, bila Anda memilikinya, silahkan sampaikan ke saya.
  4. Mereka mengatakan bahwa ada shalat khusus pada malam tersebut, yaitu 100 rakaat. Setiap rakaat setelah Al Fatihah membaca “Qul huwallahu ahad” sebanyak 11 kali. Jika tidak sanggup, maka shalat 10 rakaat, setiap rakaat membaca 100 kali “Qul huwallahu ahad” setelah Al Fatihah. Hal tersebut disebutkan oleh Imam Al Ghazali dalam kita Ihya’ Ulumuddin. Al Ghazali berkata, “Dahulu para salaf melaksanakan shalat ini dan mereka menyebutnya dengan sebutan Shalat Khair. Mereka melaksanakannya secara berjamaah. Diriwayatkan dari Al Hasan bahwasanya ia berkata, “Telah mengabari kepadaku 30 sahabat Nabi, bahwasanya barangsiapa yang melaksanakan shalat ini di malam ini, maka Allah akan memandang dengan 70 kali pandangan. Dan setiap pandangan akan dikabulkan 70 permintaan. Yang paling sedikit adalah mendapatkan ampunan.”” Demikian Imam Al Gazali di kitab Ihya’ Ulumuddin. Al Hafiz Al Iraqi telah membantah itu semua dengan mengatakan bahwa hadits tentang shalat pada malam Nishfu Sya’ban adalah hadits yang bathil. Pendapat tersebut adalah pendapat mayoritas ulama. Dalilnya adalah, hadits-hadits yang disebutkan tidak tercantum dalam kitab para huffaz yang terpercaya. Kalaupun ada, tidak ada periwayat dari kalangan sahabat yang dikenal, sanadnya tidak ada yang sampai kepada rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sebagaimana diketahui bersama, bahwa pengkhususan suatu ibadah butuh kepada dalil syar’i yang kuat. Sedangkan pada persoalan terkait tidak ada dalil yang menjelaskan tentang shalat tersebut.
  5. Berkeyakinan dengan doa yang susunan tertentu, untuk hal ini pembahasan khusus, karena banyak perbedaan di kalangan masyarakat.
Misalnya doa yang terjemahannya, “Ya Allah, jika engkau mencatat aku di sisi-Mu dalam Ummul Kitab, sebagai orang yang celaka (sengsara), terhalang, terusir, atau sempit rizkiku, maka hapuskanlah Ya Allah dengan dengan karunia-Mu atas kesengsaraanku, keterhalanganku, keterusiranku dan kesempitan rizkiku. Dan tetapkanlah aku di sisimu di dalam Ummil Kitab sebagai orang yang bahagia, diberi rizki, dan diberi pertolongan kepada kebaikan seluruhnya. Karena sesungguhnya Engkau telah berfirman dan firman-Mu adalah benar, di dalam kitab-Mu yang Engkau turunkan melalui lisan nabi-Mu yang Engkau utus : Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan , dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauhil Mahfuz).”

Kesimpulan

Jika disimpulkan, maka:
  1. Malam Nishfu Sya’ban adalah malam yang memiliki fadhilah (keutamaan), berdasarkan hadits dari Abu Musa Al Asy’ari yang dishahihkan Syaikh Al Albani di atas.
  2. Ulama berselisih pendapat tentang apakah dianjurkan menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dengan banyak beribadah? Sebagian ulama menganjurkan, seperti sikap beberapa ulama tabi’in yang bersungguh-sungguh dalam ibadah. Sebagian yang lain menganggap bahwa mengkhususkan malam nishfu Sya’ban untuk beribadah adalah bid’ah. Kami berpendapat bahwa beribadah secara mutlak adalah disukai.
  3. Mengkhususkan dengan ibadah tertentu seperti membaca Yasin, Shalat Khair, dan doa-doa khusus adalah sesuatu yang tidak ada dalilnya dan tidak memiliki tuntutan dari syariat.

Redaktur: Shabra Syatila

Pengkhianatan Syi’ah Terhadap Khilafah Islam

yushanarts.com
Bagi para pemerhati sejarah, tentu nama ‘Abbasiyyah tidaklah asing lagi yang dimana Abu Al-’Abbas yang bergelar As-Saffah mendirikan Negara Islam yang merupakan batu pertama berdirinya Khilafah Islamiyah terbesar, yaitu Dinasti ‘Abbasiyah. Masa Bani ‘Abbasiyah sering disebut-sebut sebagai Masa Keemasan Islam, pada masa ini geliat intelektual dan perkembangan peradaban Islam mencapai puncaknya. Karakteristik pemerintahan yang diwarnai corak keislaman tersebut menorehkan prestasi luar biasa yang dicatat oleh tinta emas sepanjang sejarah manusia.
Seiring berjalannya waktu ketika Dinasti ‘Abbassiyyah mulai melemah, musuh-musuh Islam pun segera memanfa’atkan keadaan tersebut untuk menghancurkan Kaum Muslimin. Dalam menjalankan niat jahat tersebut, kaum busuk Syi’ah yang merupakan sekutu mereka turut andil dalam menumpahkan Darah Kaum Muslimin dengan pengkhianatan-pengkhianatan yang mereka (kaum Syi’ah) lakukan.
Adalah Nashiruddin Ath-Thusi, salah satu dari ribuan tokoh Syi’ah yang sangat berjasa dalam membunuh Kaum Muslimin, membumi-hanguskan rumah-rumah mereka dan memusnahkan khazanah keilmuan mereka hingga Baghdad pun menjadi lautan darah.
Inilah yang menjadi tema note kali ini, dan ketahuilah wahai Kaum Muslimin, bahwa pembahasan ini adalah masih satu dari ribuan pengkhianatan-pengkhianatan Syi’ah terhadap Islam! Dan bila kita paparkan semua pengkhianatan-pengkhianatan mereka satu persatu, maka jangankan note ini atau-pun perpustakaan terbesar di dunia, bahkan LAUTAN pun tidak akan sanggup menampungnya! Saksikanlah wahai Kaum Muslimin, Aku bersumpah dengan Nama Allah Yang Maha Adil, bahwa kejahatan mereka (kaum Syi’ah) adalah sangat NYATA.
Dan tulisan berikut ini banyak saya ambil dari salah satu bab dari Kitab DR. Imad Abdus Sami’ Husain yang berjudul “Pengkhianatan Syiah dan Pengikutnya dalam Meruntuhkan Khilafah islamiyah” Dan tentu kami juga akan menghadirkan referensi dari kitab-kitab Syi’ah sendiri yang menjadi saksi dan bukti yang nyata akan kebusukan mereka.
Nashiruddin Ath-Thusi hidup sezaman dengan menteri Ibnu Al-Alqami dan dia adalah seorang Syi’i Rafidhi yang jahat seperti dia. Jenis pengkhianatannya bermacam-macam, antara lain adalah membantu memerangi Ahlus Sunnah dan mengambil harta benda mereka, serta pemikiran mereka. Soal pengkhianatannya dalam membantu membunuh Ahlus sunnah adalah sangat jelas dan amat nyata.
Al-Imam Ibnu Katsir Rahimahullah berkata: “Al-Khuja Nashiruddin bersalah kepada orang-orang Ismailiyah pemilik benteng Al-Almut, kemudian bersalah kepada Hulako, padahal dia bersamanya pada perang Baghdad.” (Al Bidayah wa An Nihayah 13/26)
Di tempat lain Beliau juga berkata: “Nashiruddin adalah salah seorang menterinya Syams Asy-Syumus dan juga ayahnya sebelumnya yaitu Ala’uddin bin Jalaluddin. Mereka mempunyai hubungan nasab dengan Nizar bin Al-Mustanshir Al-Ubaidi. Hulako memilih Nashiruddin untuk membantunya, seperti seorang perdana menteri. Ketika Hulako datang dan dia merasa takut untuk membunuh khalifah -dalam perang Baghdad tahun 656 H — menteri Ath-Thusi ini menenangkannya (agar jangan takut). Kemudian mereka membunuhnya dengan cara menendangnya, dengan cara dia dimasukkan ke dalam karung, agar darahnya tidak menetes ke tanah. Ath-Thusi juga memprovokasi khalifah untuk membunuh para Ulama, para Qadhi, para Pejabat, para Pemimpin dan para pembuat undang-undang (Anggota Dewan). Maka dia harus bertanggung jawab atas dosa-dosa semua itu.” (Ibid 13/201)
Orang-orang Syi’ah memuji pengkhianatan yang telah diperbuat oleh Ath-Thusi dan mereka menyayanginya, dan menganggap hal itu sebagai kemenangan yang nyata bagi Islam, contohnya adalah pujian ulama mereka yang bernama Muhammad Baqir Al-Musawi dalam kitab Raudhaat Al-Jannaat Juz 6 kepada Ath Thusi.
Dia (Muhammad Baqir Al-Musawi) mengatakan tentang Ath-Thusi dengan memuji,
“Dia adalah seorang peneliti, pembicara, orang yang bijaksana, yang baik dan mulia…Di antara salah satu ceritanya yang terkenal adalah cerita di mana dia diminta untuk menjadi menteri seorang sultan yang sederhana dalam mengawasi Iran, Hulako Khan bin Tauli Jengis Khan, salah seorang pemimpin besar Tatar dan pegunungan Mongolia. Dan kedatangannya bersama rombongan sultan dengan penuh kesiapan ke Dar As-Salam Baghdad, untuk membimbing orang-orang, memperbaiki negara, memutus rantai penindasan dan kerusakan, memadamkan lingkaran kezhaliman dan kekacauan dengan menghancurkan lingkaran kekuasaan Bani Abbas dan melakukan pembunuhan massal terhadap para pengikut mereka yang zhalim, sehingga darah mereka yang kotor mengalir bagai air sungai, kemudian mengalir ke sungai Dajlah dan sebagian lagi ke neraka Jahanam lembah kebinasaan dan tempat orang-orang yang celaka dan jahat”
Astaghfirullah.. pengkhianatan dibilang sebagai membimbing orang-orang, dan memperbaiki negara?!
Benarlah apa yang telah difirmankan oleh Allah ‘Azza Wa Jalla tentang perumpamaan orang-orang yang berkhianat dan membuat kerusakan, yaitu (yang artinya) : “Dan bila dikatakan kepada mereka, Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,’ mereka menjawab, `Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan kebaikan.’ Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.” (Al-Baqarah: 11-12).
Lalu Khomeini pun telah memuji Nashiruddin Ath-Thusi dan memberkati pengkhianatannya, dan menganggapnya sebagai kemenangan yang nyata  dalam kitabnya Al-Hukumah Al-Islamiyah halaman 123.
Khomeini berkata: “Jika seorang faqih menjadi aparat pemerintah zhalim dapat menyebabkan kuatnya pemerintahan tersebut dan menjadikan lemahnya Islam maka dia tidak boleh melakukannya walaupun berakibat dia dibunuh. Tidak ada alasan yang dia tawarkan untuk dapat diterima, kecuali jika masukinya memiliki beberapa dasar yang rasional, seperti yang terjadi dengan ‘Ali bin Yaqtin dan Nashir Ath-Thusi yang tindakannya sebagaimana telah diketahui membuahkan hasil yang menguntungkan.” [Al-Hukumah Al-Islamiyah]
Begitulah, ketika timbangan sudah terbalik, pengkhianatan terhadap Islam dan Kaum Muslimin dianggap sebagai pengorbanan yang besar terhadap Islam dan Kaum Muslimin!!
Khomeini juga berkata bahwa merupakan kesedihan ketika kehilangan orang-orang seperti Ath-Thusi yang telah berjuang memberi khidmat yang mulia untuk Islam.
Gila.. menghancurkan Islam dibilang berjuang dan berkhidmat untuk Islam??!!
Dia (Khomeini) juga berkata: “Sungguh keretakan pada Islam terjadi ketika Islam kehilangan Pribadi seperti Imam Al-Husain yang menjaga ‘Aqidah Islam, hukum-hukumnya, serta tatanannya. Atau seperti Al-’Allamah Nashiruddin Ath-Thusi dan Al-’Allamah Al-Hilli yang mereka telah memberikan khidmat yang mulia…” [Al-Hukumah Al-Islamiyah]
Pada perkataan Khomeini sebelumnya, kita mendapatkan sosok yang bernama ‘Ali bin Yaqtin yang turut dipuja oleh Khomeini. Siapakah ‘Ali bin Yaqtin itu? Dia adalah pengkhianat yang telah menumpahkan banyak dari Darah Kaum Muslimin sebagaimana Ath-Thusi. Berikut scan kitab mengenai penjelasan dari ulama mereka yang bernama Nikmatullah Al-Jazairy tentang ‘Ali bin Yaqtin dalam kitabnya Anwar An-Nu’maniyyah juz 2.
Nikmatullah Al-Jazairy berkata:
“Sesungguhnya Ali ibn Yaqtin, dan dia sebelumnya adalah Menteri dari Ar Rasyid, menyetujui untuk memenjarakan sekelompok mukhalifin (Ahlus Sunnah). Dia (ibn Yaqtin) adalah salah satu pemimpin Syi’ah. Dia memerintahkan para pembantunya untuk meruntuhkan atap yang berada di atas para tahanan tersebut. Semua orang di dalamnya tewas. Ada sekitar 500 orang yang tewas. Dia bermaksud untuk menyelamatkan diri dari darah yang dia tumpahkan tersebut, dan menulis surat pada maulana Al-Kazhim. Sebagai balasan (imam menulis padanya) : ‘jika engkau datang kepadaku sebelum membunuh mereka, engkau tak harus membayar apapun untuk darah mereka. Akan tetapi, karena engkau tidak datang kepadaku (sebelum pembunuhan tersebut), serahkan seekor kambing (betina) sebagai penebus dosa untuk tiap orang yang terbunuh. Dan kambing lebih baik dari mereka. (Penulis Ni’matullah Jazairi meneruskan) Lihatlah betapa kecilnya penebusan dosa tersebut! tidak sebanding dengan denda saudara bungsu mereka yaitu anjing pemburu, karena diyat/denda membunuh anjing pemburu adalah 20 dirham, dan tidak pula sebanding dengan diyat/denda membunuh saudara sulung mereka yahudi atau majusi yaitu 800 dirham. Dan nasib mereka di akhirat adalah lebih buruk dan lebih najis.”
Pengkhianatan Ath-Thusi dalam pembunuhan, telah berdampak pada pengkhianatan yang serius, yaitu pengkhianatan terhadap kebudayaan umat Islam, warisannya, pemikirannya, dan kebudayaannya. Karena Ath-Thusi bila diteliti, dia adalah seorang yang menguasai berbagai disiplin ilmu, terutama ilmu kalam, filsafat, dan mantiq. Dia sangat paham untuk mengarahkan serangannya yang mematikan terhadap umat Islam, terhadap warisan kebudayaan dan pemikirannya. Dia berusaha untuk menghancurkan buku-buku, memusnahkannya, dan merampasnya, serta mempertahankan para filsuf dan tukang-tukang ramal.
Ibnu Katsir Rahimahullah berkata, “Pada tahun 657 H Al-Khawajah Nashiruddin Ath-Thusi melakukan pengintaian di kota Muraghah dan memindahkan begitu banyak buku-buku wakaf yang sebelumnya ada di Baghdad ke sana. Dia mendirikan Dar Al-Hikmah untuk mengorganisir para filsuf di sana dan menetapkan tiga dirham bagi setiap orang dalam sehari semalam.” (Al Bidayah wa An Nihayah 13/315)
Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata, “Ketika peran itu berpindah ke tangan penyokong kemusyrikan dan atheisme, yaitu menteri para atheis Nashiruddin Ath-Thusi menterinya Hulako, dia membebaskan dirinya dari para pengikut Rasulullah yang mulia dan para pemeluk agamanya. Dia mengangkat pedangnya pada mereka, sehingga saudara-saudaranya terbebas dari para atheis. Dan dia sembuh, kemudian membunuh khalifah, para qadhi, para fuqaha, dan ahli hadits, serta mempertahankan para filsuf, tukang-tukang ramal, dan para penyihir. Dan memindahkan sekolah-sekolah wakaf, masjid-masjid, dan pengajian-pengajian kepada mereka dan menjadikan mereka sebagai pemiliknya dan pemimpinnya. Dalam buku-bukunya dia mendukung pendapat tentang qidamnya alam dan tidak adanya ma’ad (akhirat), serta mengingkari sifat-sifat Allah Azza wa Jalla tentang ilmu-Nya, kekuasaan-Nya, hidup-Nya, pendengaran dan penglihatan-Nya, dan bahwasanya Dia tidak berada di dalam alam maupun di luar alam, serta tidak ada satu Tuhan pun yang disembah di atas arsy. Dia menjadikan sekolah-sekolah untuk para atheis. Dia juga ingin mengubah shalat dan menjadikannya hanya dua rakaat, tetapi itu tidak terlaksana. Pada akhirnya dia mempelajari ilmu sihir. Dia adalah seorang penyihir yang menyembah berhala. Muhammad Asy-Syahrastani menentang Ibnu Sina dalam kitab yang dia beri judul Al-Mushara’ah. Dia menentang pendapatnya tentang qidam-nya alam, dan pengingkarannya terhadap akhirat serta menafikan ilmu-Nya Allah dan kekuasaan-Nya serta penciptaan alam semesta. Kemudian sepontan para penyokong atheisme menghadapinya, lalu mundur. Dia menyanggahnya dengan buku yang berjudul Mushara’at Al-Mushara’ah. Kesimpulannya, bahwa orang ini dan para pengikutnya adalah orang-orang atheis yang tidak beriman kepada Allah, kepada para malaikat, Kitab-Kitab-Nya, para rasul dan hari akhir” (Ighasatul Lahfan 2/263)
Asy-Syaikh Muhibbuddin Al-Khathib berkata, “Nashiruddin Ath-Thusi… datang di barisan depan pasukan pembunuh Hulako. Mereka berdua mengatur pembantaian masal anak-anak dan orang-orang tua di hadapan kaum muslimin dan muslimat. Dia merestui menenggelamkan buku-buku ilmu pengetahuan Islam di sungai Dajlah, sehingga sampai menjadikan airnya berwarna hitam mengalir selama beberapa hari oleh tinta buku-buku yang telah ditulis dengan tangan. Hilang pula bersamanya, warisan Islam yang sangat berharga, sejarah, sastra, bahasa, syair dan hikmah, terutama ilmu-ilmu syar’i dan karya-karya generasi pertama ulama salaf yang sangat banyak saat itu, dan telah musnah bersama musnahnya karya-karya sejenisnya dalam tragedi kebudayaan yang belum pernah ada tandingannya tersebut.” (Al Khuthath Aridah: 47-48)
Pengkhianatan terhadap peradaban dan kebudayaan ini telah memalingkan pandangan saya pada sesuatu yang penting, yaitu bahwa kita ketika sedang membaca buku-buku biografi para tokoh atau buku-buku yang khusus mencatat judul-judul buku, kita sering mendengar tentang puluhan bahkan ratusan karya-karya besar, tetapi kita dikejutkan oleh tidak sampainya karya-karya tersebut kepada kita, kecuali hanya sedikit saja.
Maka, kita mengetahui bahwa pengkhianatan terhadap peradaban dan kebudayaan adalah sebab di balik hilangnya sebagian besar karya-karya berharga milik umat ini, sampai datang imperialisme baru, lalu mencuri puluhan ensiklopedi ilmiah dari warisan umat ini dan membawanya ke negaranya. Siapakah yang tahu, kemungkinan tangan-tangan pengkhianat Syi’ah-lah yang telah berbuat terhadap warisan umat ini saat sekarang seperti yang dilakukan pada masa lalu.
Perlu disebutkan, bahwa dalam peperangan terakhir di Iraq ketika orang-orang “Tartar baru” di bawah pimpinan Hulako datang ke Baghdad, adalah juga sebagai akibat dari pengkhianatan. Kekacauan pun terjadi di seluruh negeri. Orang-orang Syiah sengaja datang ke tempat-tempat penyimpanan dokumen-dokumen, lalu mereka mencuri  semuanya.
Sesungguhnya kita adalah milik Allah, dan hanya kepada-Nya lah kita kembali.
Jaser Leon Heart

Anis Matta: Tatap Muka dengan Warga, Cara Ampuh PKS Menang

Minggu, 01 Desember 2013


JAKARTA - Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Anis Matta mengaku tak memiliki cukup uang untuk memasang iklan.

"Kami ini tak cukup banyak uang untuk mengiklankan partai di televisi," ungkap Anis saat bertandang ke MNC Plasa, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Rabu (27/11/2013).

Selain alasan tersebut, kata Anis, masalah yang membuat PKS belum memasang iklan partai hingga saat ini yakni adanya konsultan politik partai menyarankan agar tak terburu nafsu untuk mejeng di televisi.

"Kalau sudah masuk Januari 2014 itu baru penting. Asal dapat diskon saja," candanya.

Untuk itu, sambung dia, dalam menarik suara pada gelaran Pemilu, PKS lebih mengedepankan mengoptimalkan kader yang tersebar di seluruh provinsi.

"Tatap muka dengan warga, menjadi cara ampuh kami untuk dapat menarik suara masyarakat," tutupnya.

*okezone

PB NU: Pekan Kondom Nasional Bertentangan dengan Ajaran Agama

Minggu, 01 Desember 2013


JAKARTA -- Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Muhammad Sulton Fatoni mengkritisi kegiatan Pekan Kondom Nasional.

Acara ini digagas Kementerian Kesehatan dan dilaksanakan oleh Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) serta salah satu produsen kondom. Umat Islam diimbau untuk tidak terlibat dalam kegiatan tersebut.

"Kegiatan itu jelas bertentangan dengan ajaran agama," tegas Sulton, Ahad (1/12). Pekan Kondom Nasional akan dilaksanakan sejak tanggal 1 hingga 7 Desember 2013, sebagai rangkaian peringatan Hari AIDS se Dunia di Indonesia.

Sulton menambahkan, kegiatan bagi-bagi kondom secara gratis dengan segala alasan yang diusung Kementerian Kesehatan, sepintas memang terlihat positif. Namun Sulthon juga mengingatkan, suatu kegiatan yang tambak baik terkadang menipu jika tidak disertai dengan niat mulia.

"Sosialisasi kondom dengan dalih menyelamatkan masyarakat dari HIV & AIDS, juga membenci rokok dengan dalih menjaga kesehatan masyarakat, itu terdengar indah, namun sesungguhnya manipulatif dan tendensius," tambah Sulton.

Lebih jauh, Sulton mengatakan, Pekan Kondom Nasional akan menambah panjang daftar langkah kontroversi yang dilaksanakan Kementerian Kesehatan di bawah kepemimpinan Nafsiah Mboi.

Selain menggagas Pekan Kondom Nasional, Menkes sebelumnya disebut menunjukkan kebencian yang demonstratif terhadap rokok, menolak sertifikasi halal terhadap obat-obatan, dan mendukung demonstrasi dokter yang berujung pada banyaknya temuan kerugian oleh masyarakat.

"Cobalah lebih arif dalam mengambil kebijakan, mau mendengar saran, dan bisa bekerja lebih substantif. Kami mencatat, sejak dilantik pada bulan Juni tahun 2012 lalu, apa-apa yang dikerjakan Menkes tak lain hanya sebuah kontroversi," ujarnya.  (ROL)

Anis Matta: PKS makin enjoy dan tambah solid

Minggu, 01 Desember 2013


PONTIANAK -- Presiden PKS, Anis Matta beserta jajaran pengurus DPP melakukan kunjungan ke Pontianak, Kalimantan Barat. Anis menyatakan kunjungan ke daerah sebagai sarana menyerap aspirasi dan berbagi inspirasi.

"Kunjungan ke Pontianak ini sebenarnya lebih ke arah penyegaran kita saja, untuk memberikan kesegaran bagi bagi pengurus, sambil bertemu dengan kader di daerah," kata Anis Matta dihadapan para pengurus PKS Kalimantan Barat, di Pontianak, Sabtu (30/11) sore.

Dari kunjungan ke berbagai pelosok tanah air, Anis sangat optimis dengan kondisi dan tren PKS.

"Di Jakarta itu panas, bikin pusing politiknya. Makanya kita jalan-jalan ke daerah untuk refreshing, berjumpa kader itu menyenangkan, dan ternyata PKS makin enjoy dan tambah solid," kata Anis.

Menurut dia, PKS saat ini sedang melakukan pemulihan citra untuk mengimbangi wajah politik yang kian keras dan berbahaya. Ia menyatakan, saat ini banyak konflik dan intrik dalam dunia politik, apa lagi saat ini makin gencar strategi pembunuhan karakter dilakukan.

"PKS perlu memberikan sentuhan yang lebih manusiwi tentang politik agar masyarakat tidak menakutinya. Menurut kami, ini saatnya kita memberikan sentuhan cinta bagi dunia politik," tuturnya.

Sesuai dengan jadwal yang ada, seusai bertemu dengan pengurus PKS ditingkat Provinsi maupun Kabupaten/kota di Kalbar, Anis Matta diagendakan melakukan talkshow di TVRI Kalbar dan dilanjutkan melakukan dialog sekaligus penguatan kepada para caleg dari PKS.

*foto: Anis Matta saat jamuan makan di Keraton Kadariah Pontianak (30/11).

PKS; Selalu Bikin Setress



By: Nandang Burhanudin
****

Entahlah, mengapa apapun yang berbau PKS selalu menarik untuk dicermati, dikomentari, diikuti, atau dibully dan disindir dengan ragam kemasan atas nama. Apa yang bagi ormas/partai lain lumrah, bagi PKS akan dinilai salah. Apa yang wajar bagi yang lain, bagi PKS diposisikan kurang ajar. Lucunya jika ada prestasi, banyak yang menganggapnya sepi. Jika ada tragedi, semua teriak berapi-api.

Saya perhatikan, ada akun FB yang setiap kali statusnya menyerang, menerjang, menelanjangi, bahkan mengangkangi. Ibarat suami yang telah bercerai. Aib mantan istrinya diumbar hingga pada hal-hal yang tak pantas disampaikan. Dianggap kader-kader yang masih setia, semuanya bahlul, dungu, mudah dibohongi, dan tuduhan lainnya. Sedikitpun tak ada lagi husnuzhan. Seakan baik sangka adalah maksiat. Ia nyuruh-nyuruh bertobat. Namun ia pun lupa bertobat atas caci maki yang dianggap nasihat.

PKS benar-benar menjadi common enemy. JIL menyebut PKS, antinasionalis. HT menganggap tidak Islamis. Kadang disebut Wahabis. Kadang pula dianggap ahli bid'ah. Julukan yang superlengkap. Seakan semua gerah, gelisah, dan tidak merasa tumakninah. PKS benar-benar bikin stress.

Bayangkan, di tengah "badai LHI" menggelegar, kader-kader PKS malah makin tegar. Kasus LHI mendekatkan yang jauh, merekatkan yang dekat, malah mengundang penasaran kebanyakan khalayak. Isu Fusthun, malah membuat para akhwat-ummahat PKS semakin santun. Para ustadznya semakin tekun. Musibah tak membuat kader-kadernya datang ke dukun. Semua sadar bagian takdir Allah Yang Maha Kun Fayakun.

Hasil taubat nasional benar terasa. Jika ragam kemenangan dianggap biasa, maka bagi saya "tidak bubarnya" PKS adalah fenomena luarbiasa. Bahkan tak satupun pengurus inti PKS yang terjebak saling menyalahkan. Apalagi melakukan aksi somasi atau pencabutan mandat seperti lumrah terjadi di tempat lain. Tambah stress bukan?

Saya sebagai pengamat yang tak tercatat sebagai pengurus PKS, benar-benar meyakini: ke depan kalangan stressiyyun akan bersatu padu menyiapkan cara, agar PKS tak sampai berkuasa. Jika pun berkuasa, maka diupayakan agar tak sampai satu tahun.

Namun PKS nampaknya punya resep mujarab. Resep itu adalah: selalu menengok ke dalam dan mengerti caci maki adalah energi, hinaan adalah ujian, bahkan fitnah adalah anugerah terindah. Saya doakan, PKS mampu menjadikan diri pelayan yang berdedikasi bagi masyarakat. Tidak usah reaktif menanggapi kicauan. Toch mentalitas stress tak akan sembuh, kecuali saat PKS terjerumus ke dalam stress yang sama. []

Sabtu, 18 Mei 2013

Hadapilah dengan Sabar dan Taqwa

Hadapilah
Ingatlah wahai saudaraku, ujian dan cobaan belum berakhir. Cepat atau lambat ia akan datang kembali menghadang dan mencoba memporak-porandakan barisan kita. Ketahuilah, musuh-musuh dakwah dan para pendengki tidak akan pernah diam. Mereka akan selalu mengawasi dan memata-matai seluruh gerak langkah kita, serta menunggu-nunggu kesempatan untuk menyerang dan menggoyahkan kita. Oleh karena itu bersiap siagalah!
“Tantangan, ujian dan cobaan adalah keniscayaan dalam perjuangan.” Ungkapan ini rasanya sudah terekam dalam benak kita sejak lama. Sejak belasan bahkan berpuluh tahun yang lalu. Dulu kita mengenalnya sebagai teori. Kini ternyata ia tengah menuntut pengamalan nyata. Goncangan demi goncangan menerpa kita. Beragam tudingan, olok-olok, penghinaan, dan kata-kata asal bunyi dimuntahkan ke arah kita. Bertubi-tubi, bak desingan peluru. Kesalahan dan kekurangan kita menjadi bulan-bulanan dan sasaran empuk mereka. Hujatan demi hujatan terus menghantam kita tanpa ampun. Seolah-olah kita bukanlah manusia biasa yang bisa berbuat salah dan dosa. Sementara kebaikan-kebaikan kita dipandang sebelah mata, lalu dibumbuinya dengan berbagai macam interpretasi yang buruk. Sinis, curiga, dan penuh prasangka. Seolah-olah kita adalah musang berbulu domba. Musuh-musuh dakwah dan para pendengki itu tidak melihat kita kecuali dengan menggunakan kaca mata hitam. Mereka tidak melihat sesuatu yang ada pada kita kecuali warna hitam dan kegelapan.
Wahai saudaraku, apakah semua cobaan ini membuat tekad dan semangatmu surut? Apakah tantangan ini membuatmu lemah, lesu, dan menyerah? Akankah hal ini membuatmu berniat pensiun dari medan dakwah? Naudzubillah…semoga tidak. Karena para mujahid dakwah adalah manusia-manusia tangguh. Mereka adalah manusia-manusia tahan banting. Mari kita hadapi semua itu dengan sabar dan takwa sebagaimana diperintahkan Allah Ta’ala,
Jika kalian bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka tidak akan mendatangkan kemudaratan kepada kalian sedikit pun. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala apa yang mereka perbuat. (QS. Ali Imran, 3: 120).
Berkata Qatadah dalam menjelaskan ayat ini sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Jarir:
Allah memerintahkan kepada umat Islam dalam menghadapi kelicikan dan niat jahat kaum kafir itu (baca: orang yang memusuhi dakwah, red.) agar selalu bersifat sabar dan takwa serta penuh tawakal kepada-Nya. Dengan demikian kelicikan mereka itu tidak akan membahayakan sedikitpun. Allah Maha Mengetahui segala tindak tanduk mereka.”
Ayo terus melangkah!

Islam Transnasional Gerogoti Gerakan Islam Lokal


NU - Organisasi Terbesar
Dalam rangkaian peringatan hari lahir NU ke-90, pada hari Ahad (12/5), PCNU Kraksaan Probolinggo menggelar sarasehan dengan tema “Kelompok Transnasional: Antara Idealitas dan Realitas”. Dalam acara tersebut, KH. Imam Ghazali Said menyampaikan bahwa realitas di lapangan memperlihatkan, gerakan transnasional banyak menggerogoti gerakan Islam lokal.
“Basis Muhammadiyah di perkotaan sekarang ini sedang digerogoti oleh jama’ah Ikhwanul Muslimin dan Hizbut Tahrir. Jama’ah Tabligh dan Hizbut Tahrir menggerogoti beberapa konstituen penting NU di perkotaan. Gerakan salafi dan syi’ah berusaha mengambil jama’ah NU puritan dengan pendekatan pesantren,” ungkapnya.
“Apabila melihat kecenderungannya, gerakan transnasional berpotensi untuk terus membesar,” ujar Pengasuh pesantren mahasiswa An-Nur Wonocolo itu sembari mengingatkan kepada warga Nahdliyin untuk selalu berhati-hati.
Menurutnya, gerakan Islam transnasional sama sekali tidak mempunyai semangat nasionalisme. Ideologi mereka tidak lagi bertumpu pada nation state, melainkan international state, yang didominasi oleh corak pemikiran skriptualis, fundamentalis dan radikal.
Sarasehan itu dihadiri oleh Wakil Rais Syuriyah KH Amin Fathullah, Ketua Tanfidziyah KH Nasrullah Ahmad Sudja’i dan para pengurus lembaga, badan otonom, pengurus MWCNU dan ranting serta utusan dari beberapa perguruan tinggi dan pondok pesantren se-Kabupaten Probolinggo. (Sumber berita: www.nu.or.id)

Hijaratus Sijjil; Hadiahkan Kemenangan Ganda Bagi Bangsa Palestina

izzudin_alqassam
Oleh: Muhammad Syarief, Lc.
Delapan hari sejak tanggal 14 November 2012, penduduk dunia kembali dipaksa untuk melihat drama pembantaian terhadap penduduk Palestina di Jalur Gaza. Untuk kedua kalinya Zionis “Israel” melancarkan agresi militernya paska pemberlakukan blokade zalim ke wilayah berpenduduk 1,7 juta jiwa itu. Semenjak tahun 2007 hingga sekarang, Jalur Gaza praktis menjadi “penjara” terbesar di dunia.
Belum sembuh luka akibat perang “Furqan” di penghujung 2008 lalu, penghuni Jalur Gaza harus melanjutkan pertempuran sucinya mempertahankan hak hidup di atas tanah kelahiran. Perang 8 hari yang terjadi sejak tanggal 14-21 November 2012 itu diberi nama perang “Hijaratus Sijjil”. Istilah hujan dengan batu neraka ini digunakan oleh para pejuang Palestina sebagai sebutan terhadap roket-roket mereka yang mampu mengoyak langit dari wilayah yang diduduki Zionisi “Israel”, bahkan mampu menembus jantung ibukota mereka di Tel Aviv.
Pertempuran Hijjaratus Sijjil
Ahmad Alja’bari, seorang komandan dari sayap militer Hamas, Izzudin Al-Qassam merupakan tokoh Hamas yang berada di urutan pertama DPO Zionis penjajah. Alja’bari ditenggarai sebagai otak dibalik tertangkapnya tawanan tentara Zionis, Gilad Shalith yang ditukar dengan seribu lebih tawanan Palestina. Ia juga  dikenal sebagai komandan di belakang layar yang berperan mengatur pertempuran 22 hari di Gaza pada penghujung 2008 lalu.
Syahidnya Alja’bari oleh rudal pesawat tempur Zionis “Israel” pada hari Rabu (14/11/2012) merupakan keputusan dari sebuah Komite Khusus di Kementerian Keamanan Zionis, yang menjadi pemicu meletusnya perang baru secara massif antara pejuang Palestina di Jalur Gaza dengan Zionis. Selama 8 hari perang berlangsung tercatat, 177 orang Palestina syahid dan lebih dari 1000 orang lainnya luka-luka, sebagian besar mereka adalah anak-anak, wanita dan lansia. (islamtoday.net)
Zionis “Israel” mendeklarasikan agresi militernya ke Jalur Gaza dengan tiga alasan; pertama, menghentikan tembakan roket-roket pejuang Palestina dari Jalur Gaza, kedua, mengunci ruang gerak pejuang perlawanan di Jalur Gaza, Ketiga, mengembalikan kewibawaan tentara Zionis “Israel” sebagai pasukan tempur yang tak terkalahkan.
Namun dalam prakteknya di lapangan, serangan ini lebih kental terhadap kepentingan dari PM. Zionis, Benyamin Netanyahu. Pada bulan Januari 2013 nanti, Zionis “Israel” akan menggelar pemilu. Netanyahu menginginkan perang ini ia menangkan dan dukungan penuh warga Zionis terkhusus para Yahudi Ortodoks menjadi penyumbang suara terbesar untuk dirinya. Hal serupa yang juga terjadi dalam perang Furqan 2008, dimana PM. Zionis,  Ehud Olmert pada saat itu tengah bersiap menghadapi pemilu yang tinggal 3 bulan.
Selama menjabat pemerintahan Netanyahu memang dikenal bobrok hampir dalam segala bidang. Krisis ekonomi terjadi, para pejabatnya banyak terlibat skandal korupsi dan tindakan asusila. Perang ini ditargetkan Netanyahu dapat menutup semua catatan merah dirinya selama menjabat. Namun diluardugaan, Zionis justru kewalah mengahadapi serangan balasan dari para pejuang Palestina di Jalur Gaza.
Seorang analis di situs berbahasa Arab, Aljazeera, Abdurrahman Alfarhanah mengatakan, pertama,  agresi ini dilancarkan untuk menguji kekuatan senjata baru yang dimiliki Zionis “Israel”, diantaranya adalah Iron Dom; sebuah senjata anti rudal yang setelah diuji dalam perang tersebut ternyata masih jauh dari harapan mereka. Kedua, Zionis ingin melihat reaksi dari kawasan Arab yang terlibat lahir dari rahim Arab Spring, terutama tetangga Jalur Gaza, Mesir.
Sedangkan bagi pejuang Palestina di Jalur Gaza yang dipimpin oleh sayap militer Hamas, perang ini menjadi kesempatan untuk menyebarkan ancaman baru yang menggentarkan, bukan saja bagi tentara Zionis “Israel” namun juga seluruh warga mereka yang menduduki tanah-tanah Palestina. Dalam perang 2008 lalu, roket yang dimilik pejuang Palestina hanya berjarak tempuh 15-17 km saja. Namun dalam perang kali ini, pejuang Palestina mampu menembakkan roket dengan jarak tempuh 75-80 km.
Tel Aviv dan Jerusalem (Al-Quds terjajah) merupakan kota yang menjadi sasaran roket-roket pejuang Palestina. Selain roket Fajar-5 dari Iran dan roket laser Kornet milik Rusia, pejuang Palestina sendiri mampu membuat roket lokal yang kemampuannya tak kalah dengan roket buatan luar tersebut. Tak bisa dielakkan lagi rasa cemas menghantui setiap warga “Israel”. 3,5 juta penduduknya lebih memilih meninggalkan rumah dan tinggal di kamp pengungsian ketimbang mati di bawah hujanan “batu neraka” pejuang Palestina.
Gencarnya serangan pejuang Palestina yang mampu menghantam lokasi strategis di “Israel” seperti gedung parlemen Knesset di Tel Aviv dan pemukiman Zionis di Al-Quds, membuat posisi pejuang Palestina terlihat imbang. Bahkan Hamas memiliki pesawat tanpa awak, yang ditegaskan oleh wakil Kepala Biro Politik Hamas, Musa Abu Marzuq sebagai buah karya dari Brigade Izzudin Al-Qassam.
Sehingga wajar apabila di hari ketiga dari perang ini, Zionis kewalahan dan berupaya untuk mengakhirinya. Satuan Intelijen Kementerian Keamanan Zionis “Israel” mengeluarkan keputusan, bahwa apabila perang darat memang dinilai tak bisa dilakukan karena hanya akan menguras keuangan pemerintah dan menghambat jalannya pelaksanaan pemilu mendatang, maka perang sudah seharusnya diakhiri.
Dari perang ini Zionis juga mencoba melihat peta politik di kawasan. Mesir Baru dibawah kepemimpinan Muhammad Mursi ternyata bergerak tidak seperti yang diharapkan “Israel”. Mesir yang masih memiliki ketergantungan ekonomi dari Amerika di satu sisi, dan kepentingan membebaskan Palestina di sisi yang lain, ternyata menjadi dua hal yang dapat dikelola dengan baik oleh Mursi. Presiden yang merupakan kader terbaik dari sayap politik Al-Ikhwan Al-Muslimun Mesir, FJP ini mampu berdialog dengan Amerika dan memediasikan gencatan senjata Hamas-Zionis “Israel”.
“Israel” juga melihat adanya kekuatan baru di kawasan, diantaranya peranan Turki dan Qatar, yang bersama Mesir mencoba menghadirkan solusi bersama untuk mengakhiri agresi militer Zionis ke Jalur Gaza. Liga Arab saat ini pun sudah berubah, Sekjend Liga Arab, Al’arabiy asal Mesir ini berbeda jauh dengan para pendahulunya. ‘Arabi mengatakan bahwa permasalahan Palestina selamanya akan menjadi permasalahan utama bagi bangsa Arab. Ia pun dan beberapa Menlu Arab dan Turki masuk ke Jalur Gaza, sehari sebelum gencatan senjata disepakati. (safa.ps, 20/11/2012)
Kemenangan Pertama
Rabu (21/11), mediasi yang dilakukan oleh Mesir berhasil sukses. Gencatan senjata bersyarat dari Hamas disepakati oleh Zionis “Israel”. Menlu Mesir, Muhammad Kamil Amru mengumumkan kesepakatan gencatan senjata antara pejuang Palestina, Hamas dan Zionis “Israel” dimulai sejak pukul 21.00 waktu Kairo dan Gaza.
Point kesepakatan yang disetujui keduabelah pihak itu berisikan, pertama, “Israel” harus menghentikan agresi militernya ke Jalur Gaza baik dari darat, laut maupun udara. Begitupula sebaliknya, pejuang Palestina juga akan menghentikan serangan roketnya ke arah wilayah terjajah yang diduduki oleh Zionis “Israel”. Kedua, berbagai pintu penyeberangan dibuka untuk Gaza dan diberikan keleluasaan seluas-luasnya untuk keluar masuk orang maupun barang-barang. Ketiga, Tidak ada lagi pengekangan terhadap ruang gerak penduduk Gaza dan ini diberlakukan 24 jam setelah kesepakatan. (Islamtoday.net, 21/11/2012)
Kesepakatan ini juga dilengkapi dengan adanya jaminan dari pihak Mesir untuk menjaga komitmen kesepakan ini dari keduabelah pihak. Ketika ditemukan hal-hal yang dianggap janggal maka dikembalikan ke Mesir selaku mediator.
Zionis akhirnya menyetujui syarat ini dan menjadi bukti kekalahan. Karena dalam kode etik pertempuran, mereka yang meminta untuk gencatan senjata adalah pihak yang kalah. Zionis pun mengibarkan bendera putih di depan ketegaran, ketabahan dan kesabaran rakyat Palestina di Jalur Gaza, dan juga dihadapan kegigihan para pejuangnya.
Kemenangan Kedua
Alih-alih ingin mengadu domba antar faksi yang ada di Palestina, yang terjadi justru sebaliknya. Hamas dan Fatah berangkulan, Fatah mendukung perjuangan bersenjata Hamas, dan Hamas mendukung perjuangan diplomasi yang dilakukan oleh Ketua Fatah dan juga Presiden Otoritas Palestina untuk mendapatkan status negara pengawas non anggota di PBB.
Paska kemenangan pejuang Palestina di Jalur Gaza dari agresi Zionis “Israel”, Kamis (29/11) bangsa Palestina kembali merayakan kemenangannya setelah diterima oleh PBB sebagai negara pengawas non anggota. Upaya yang digawangi oleh Presiden Otoritas Palestina, Mahmud Abbas sejak beberapa tahun belakangan ini di bawah tekanan “Israel”, Amerika dan sekutunya membuahkan hasil.
Pengangkatan status Palestina menjadi pengawas non anggota didapat melalui proses voting anggota PBB. Sebanyak 138 anggota Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyetujui Palestina tidak lagi berstatus sebagai “entitas pengawas” melainkan menjadi negara pengawas non anggota. 9 negara menentang, 41 abstain, serta tiga negara tidak ikut serta dalam pemungutan suara ini. (reuters, 29/11/2012)
Solusi Dua Negara?
Kezaliman secara “legal” terjadi pada tahun 1947 melalui Resolusi PBB No 181 pada tanggal 29 November 1947. Dimana bangsa Palestina hanya diberikan 46% dari wilayahnya. Pada bulan Juni 1967 keluar keputusan dari PBB yang diantaranya mengatur tentang teritorial kedua belah pihak.
Wilayah Palestina 1967 merupakan teritorial yang ditolerir oleh Amerika dan sekutunya. Mereka menginginkan adanya solusi dua negara hidup berdampingan. Walau pada prakteknya “Israel” terus memperluas wilayah jajahannya, yang sampai saat ini hanya tersisa 22%  saja untuk Palestina.
Abbas mengatakan bahwa voting di PBB ini tidak bertujuan merusak keberadaan negara “Israel”. Karena sesuai dengan keputusan Dewan Nasional Palestina tahun 1988 tentang keberadaan Palestina dan “Israel” yang berdampingan. Dan juga sesuai dengan inisiatif damai negara Arab dari KTT Liga Arab di Beirut pada tahun 2002.
Yang jadi permasalahan adalah bagaimana solusi bagi para pengungsi Palestina yang saat ini tersebar di seluruh penjuru dunia yang jumlahnya lebih dari 5  juta jiwa? Mereka semua terusir dari tanah kelahirannya dan hidup dengan status tak jelas di negara yang menampungnya. Mereka semua berharap mendapatkan haknya untuk kembali ke kampung halaman yang kini masih dijajah oleh Zionis “Israel”.
Komitmen Hamas
PM. Palestina, Ismail Haniah mengatakan bahwa berhasilnya Palestina mendapatkan status negara pengawas non anggota di PBB tidak bisa dilepaskan dari keberhasilan yang diraih oleh para pejuang Palestina di Jalur Gaza melalui perang Hijaratus Sijjil.
Haniah menegaskan bahwa pemerintahannya menyambut baik pengakuan ini di PBB namun dengan catatan, tetap konsisten memperjuangkan pembebasan tiap jengkal dari tanah Palestina tanpa terkecuali.
Pernyataan Haniah ini juga dipertegas oleh pejabat senior Hamas lainnya, diantaranya adalah Shalah Bardawil. Ia mengatakan, bahwa status yang didapat oleh Palestina di PBB pada tanggal 29 November 2012 kemarin merupakan hal yang wajar, karena Palestina sudah selama 64 tahun berada dalam penjajahan dan jutaan warganya kini menjadi pengungsi.
Yang ingin diingatkan Hamas adalah bahwa dukungan Hamas kepada langkah Abbas ke PBB ini adalah dukungan bersyarat dari Hamas, dimana ada prinsip-prinsip yang tidak boleh diubah sama sekali. Hamas dan pejuang Palestina lainnya yang sudah mati-matian dengan jiwa dan raganya mempertahankan Palestina dari penjajahan, tidak akan pernah mengalah ataupun mundur dari prinsip pembebasan tanah Palestina. Dimana prinsip inilah yang dijunjung tinggi oleh seluruh bangsa Palestina dimanapun mereka berada.
Pihak Hamas mengkritik keras sikap dunia internasional yang tidak adil dalam melihat permasalahan Palestina. Mereka membiarkan agresi militer Zionis ke Jalur Gaza dan melegalkan blokade “Israel” terhadap Jalur Gaza. Tidak memberikan persamaan hak terhadap bangsa Palestina dan justru mengakui eksistensi penjajah Zionis “Israel”.
Bagi Hamas, perjuangan melalui jalur diplomasi sah-sah saja selama itu dilakukan untuk kemaslahatan bangsa Palestina. Namun ada syarat mutlak yang tak boleh diubah, bahasa perlawanan terhadap penjajah tak bisa dihapus dari kata kunci perjuangan pembebasan Palestina. Tiap jengkal Palestina di mata Hamas harus kembali ke tangan pemiliknya.
Hamas juga menegaskan bahwa setujunya Hamas dengan berdirinya negara Palestina berdasarkan batas teritorial 1967 bukanlah sikap yang baru, itu sudah didengungkan Hamas sejak lama. Dan yang terpenting adalah, negara Palestina dengan batas 1967 bukanlah batas mutlak bagi Hamas, itu sifatnya sementara, karena tujuan perjuangannya adalah pembebasan seluruh tanah Palestina. Dan ini hanyalah strategi diplomasi saja bagi Hamas, bukan berarti Hamas sepakat dengan keinginan Abbas yang ingin mengakhiri penjajahan ini dengan damai dalam dua negara berdampingan.  Wallahuaa’lam bishowab

Kemerdekaan Indonesia: Berawal dari Palestina dan Mesir

Exc1
Oleh: Abu Hanifah M.N.
Rabu, 17 Agustus 2011. Genap sudah 66 tahun usia Negara Kesatuan Republik Indonesia. Meskipun di usianya yang lebih dari setengah abad ini pemerintah Indonesia belum benar-benar berhasil melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, belum benar-benar berhasil memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia, tetap saja nikmat kemerdekaan ini harus kita syukuri.
Salah satu bentuk rasa syukur adalah dengan ‘jasmerah’—jangan melupakan sejarah! Karena sejarah dapat menjadi bahan pelajaran dan pertimbangan bagi pilihan sikap dan tindakan di masa kini atau di masa mendatang.
Berkaitan dengan sejarah kemerdekaan Indonesia, ada hal yang jarang sekali diungkap, yakni tentang negara mana saja yang pertama kali membantu dan memberikan pengakuan atas kemerdekaan Indonesia. Patut dicatat bahwa dukungan dan pengakuan kedaulatan Indonesia pertama kali adalah datang dari negara-negara muslim di Timur Tengah. Bukan dari negara-negara Barat.
Berawal dari Palestina
Gong dukungan untuk kemerdekaan Indonesia ini dimulai dari Palestina. M. Zein Hassan, Lc (Ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia) dalam bukunya “Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri” (hal. 40) menyatakan tentang peran serta, opini dan dukungan nyata Palestina terhadap kemerdekaan Indonesia, di saat negara-negara lain belum berani untuk memutuskan sikap.
Dukungan Palestina ini diwakili oleh Syekh Muhammad Amin Al-Husaini—mufti besar Palestina. Pada 6 September 1944, Radio Berlin berbahasa Arab menyiarkan ‘ucapan selamat’ beliau ke seluruh dunia Islam, bertepatan ‘pengakuan Jepang’ atas kemerdekaan Indonesia.
Bahkan dukungan ini telah dimulai setahun sebelum Sukarno-Hatta benar-benar memproklamirkan kemerdekaan RI. Seorang yang sangat bersimpati terhadap perjuangan Indonesia, Muhammad Ali Taher  (seorang saudagar kaya Palestina) spontan menyerahkan seluruh uangnya di Bank Arabia tanpa meminta tanda bukti dan berkata: “Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia”. Setelah itu dukungan mengalir.
Dukungan Mesir
Di Mesir, sejak diketahui sebuah negeri Muslim bernama Indonesia memplokamirkan kemerdekaannya, Al-Ikhwan Al-Muslimun (IM), organisasi Islam yang dipimpin Syaikh Hasan Al-Banna, tanpa kenal lelah terus menerus memperlihatkan dukungannya. Selain menggalang opini umum lewat pemberitaan media yang memberikan kesempatan luas kepada para mahasiswa Indonesia untuk menulis tentang kemerdekaan Indonesia di koran-koran lokal miliknya, berbagai acara tabligh akbar dan demonstrasi pun digelar.
Para pemuda dan pelajar Mesir, juga kepanduan Ikhwan, dengan caranya sendiri berkali-kali mendemo Kedutaan Belanda di Kairo. Tidak hanya dengan slogan dan spanduk, aksi pembakaran, pelemparan batu, dan teriakan-teriakan permusuhan terhadap Belanda kerap mereka lakukan. Kondisi ini membuat Kedutaan Belanda di Kairo ketakutan. Mereka dengan tergesa mencopot lambang negaranya dari dinding Kedutaan. Mereka juga menurunkan bendera merah-putih-biru yang biasa berkibar di puncak gedung, agar tidak mudah dikenali pada demonstran.
Kuatnya dukungan rakyat Mesir atas kemerdekaan RI membuat pemerintah Mesir mengakui kedaulatan pemerintah RI atas Indonesia pada 22 Maret 1946. Dengan begitu Mesir tercatat sebagai negara pertama yang mengakui proklamasi kemerdekaan Indonesia. Setelah itu menyusul Syria, Iraq, Lebanon, Yaman, Saudi Arabia dan Afghanistan. Selain negara-negara tersebut,  Liga Arab  juga berperan penting dalam Pengakuan RI. Secara resmi keputusan sidang Dewan Liga Arab tanggal 18 November 1946 menganjurkan kepada semua negara anggota Liga Arab supaya mengakui Indonesia sebagai negara merdeka yang berdaulat. Alasan Liga Arab memberikan dukungan kepada Indonesia merdeka didasarkan pada ikatan keagamaan, persaudaraan serta kekeluargaan.
Dukungan dari Liga Arab dijawab oleh Presiden Soekarno dengan menyatakan bahwa antara negara-negara Arab dan Indonesia sudah lama terjalin hubungan yang kekal “Karena di antara kita timbal balik terdapat pertalian agama”.
Pengakuan Mesir dan negara-negara Arab tersebut melewati proses yang cukup panjang dan heroik. Begitu informasi proklamasi kemerdekaan RI disebarkan ke seluruh dunia, pemerintah Mesir mengirim langsung konsul Jenderalnya di Bombay yang bernama Mohammad Abdul Mun’im ke Yogyakarta (waktu itu Ibukota RI) dengan menembus blokade Belanda untuk menyampaikan dokumen resmi pengakuan Mesir kepada Negara Republik Indonesia. Ini merupakan pertama kali dalam sejarah perutusan suatu negara datang sendiri menyampaikan pengakuan negaranya kepada negara lain yang terkepung dengan mempertaruhkan jiwanya. Ini juga merupakan Utusan resmi luar negeri pertama yang mengunjungi ibukota RI.
Pengakuan dari Mesir tersebut kemudian diperkuat dengan ditandatanganinya Perjanjian Persahabatan Indonesia – Mesir di Kairo. Situasi menjelang penandatanganan perjanjian tersebut duta besar Belanda di Mesir ‘menyerbu’ masuk ke ruang kerja Perdana Menteri Mesir Nuqrasy Pasha untuk mengajukan protes sebelum ditandatanganinya perjanjian tersebut. Menanggapi protes dan ancaman Belanda tersebut PM Mesir memberikan jawaban sebagai berikut: ”Menyesal kami harus menolak protes Tuan, sebab Mesir selaku negara berdaulat dan sebagai negara yang berdasarkan Islam tidak bisa tidak mendukung perjuangan bangsa Indonesia yang beragama Islam. Ini adalah tradisi bangsa Mesir dan tidak dapat diabaikan”.
Raja Farouk Mesir juga menyampaikan alasan dukungan Mesir dan Liga Arab kepada Indonesia dengan mengatakan ”Karena persaudaran Islamlah, terutama, kami membantu dan mendorong Liga Arab untuk mendukung perjuangan bangsa Indonesia dan mengakui kedaulatan negara itu”
Dengan adanya pengakuan Mesir, Indonesia secara de jure adalah negara berdaulat. Masalah Indonesia menjadi masalah Internasional. Belanda sebelumnya selalu mengatakan masalah Indonesia “masalah dalam negeri Belanda”. Pengakuan Mesir dan Liga Arab mengundang keterlibatan pihak lain termasuk PBB dalam penyelesaian masalah Indonesia.[1]
Untuk menghaturkan rasa terima kasih, pemerintah Soekarno mengirim delegasi resmi ke Mesir pada tanggal 7 April 1946. Ini adalah delegasi pemerintah RI pertama yang ke luar negeri. Mesir adalah negara pertama yang disinggahi delegasi tersebut.
Tanggal 26 April 1946 delegasi pemerintah RI kembali tiba di Kairo. Beda dengan kedatangan pertama yang berjalan singkat, yang kedua ini lebih intens. Di Hotel Heliopolis Palace, Kairo, sejumlah pejabat tinggi Mesir dan Dunia Arab mendatangi delegasi RI untuk menyampaikan rasa simpati. Selain pejabat negara, sejumlah pemimpin partai dan organisasi juga hadir. Termasuk pemimpin Hasan Al-Banna dan sejumlah tokoh IM dengan diiringi puluhan pengikutnya.
Malam tanggal 6 Mei 1946, delegasi Indonesia dipimpin oleh H. Agus Salim, Deputi Menlu Indonesia berkunjung ke kantor pusat dan koran IM. Beliau mengungkapkan rasa terima kasih Indonesia atas dukungan IM kepada mereka.
Tanggal 10 November 1947, mantan PM Indonesia dan penasehat Presiden Soekarno, Sutan Syahrir, berkunjung ke kantor pusat dan koran IM. Kedatangan mereka disambut dengan gembira dan meriah oleh IM.
Sebuah Renungan
Fakta sejarah ini memberikan pelajaran bagi kita bahwa soliditas umat Islam adalah kekuatan dahsyat yang harus terus dipelihara. Oleh karena itu upaya-upaya untuk melakukan konsolidasi antara bangsa-bangsa muslim, menyangkut masalah politik, ekonomi, sosial, pertahanan keamanan, dan peradaban Islam secara umum harus terus diperjuangkan, sehingga rahmat Islam dapat menebar di seluruh penjuru bumi dan dirasakan oleh seluruh umat manusia.
Khusus bagi bangsa Indonesia fakta sejarah ini mengingatkan bahwa mereka ‘berutang budi’ pada Islam yang telah mengajarkan prinsip ukhuwah Islamiyah. Berkat semangat persatuan dan persaudaraan Islam inilah bangsa Indonesia dapat memperoleh dukungan kemerdekaan dari berbagai negara di dunia.
Oleh karena itu alangkah eloknya jika bangsa ini dapat meningkatkan penghargaannya pada ajaran Islam. Bahkan bersedia menegakkan nilai-nilai universalnya dalam masyarakat dan bangsa Indonesia.
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar! Wa li-Llahil hamd! Merdeka!

Sumber Tulisan
http://unimolly.multiply.com/journal/item/61/Di_Balik_Kemerdekaan_Indonesia
Palestina Bantu kemerdekaan Indonesia, www.suara-islam.com
Sumbangan Al-Ikhwan Al-Muslimun untuk Kemerdekaan Republik Indonesia, Rizki Ridyasmara
Sepak Terjang IM di Indonesia, Abu Ghozzah



[1] Suatu kondisi yang patut kita kritisi selang beberapa tahun dari kemerdekaan Indonesia, Israel memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 14 Mei 1948 pada pukul 18.01. Sepuluh menit kemudian, pada pukul 18.11, Amerika Serikat langsung mengakuinya. Pengakuan atas Israel juga dinyatakan segera oleh Inggris, Prancis dan Uni Soviet. Seharusnya hal yang sama bisa saja dilakukan oleh Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan Uni Soviet untuk mengakui kemerdekaan Indonesia pada saat itu. Tetapi hal tersebut tidak terjadi, justru negara-negara Muslim lah yang berkontribusi konkret dalam mengakui dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Umat Dorong Pemerintah RI Akui Kemerdekaan Kosovo


kosovo
Kosovo telah diputuskan oleh Mahkamah Internasional sebagai negara merdeka pada Juli 2008, dan hingga kini ada 98 negara-negara anggota PBB mengakuinya. Oleh karena itu umat Islam Indonesia mendorong Pemerintah untuk segera mengakui kemerdekaan Kosovo.
Hal ini diantaranya diserukan oleh Muhammadiyah dalam sebuah seminar bertajuk “Mengapa tidak mengakui Kosovo?” yang diselenggarakan Kamis (16/5) kemarin di Gedung PP Muhammadiyah.
Majelis Ulama Indonesia (MUI)  juga menyerukan hal yang sama. KH. Muhyiddin Junaidi, MA, menegaskan bahwa Kosovo telah menjadi bagian dari komunitas Islam internasional.
Selain Muhammadiyah dan MUI, dukungan terhadap pengakuan kemerdekaan Kosovo ini pun disampaikan oleh parlemen. Politisi PKS, Mahfudz Siddiq yang juga menjabat sebagai Ketua Komisi I DPR, menyatakan ketidakjelasan sikap politik Indonesia terkait Kosovo dengan alasan kehati-hatian dan kekahawatiran akan munculnya keinginan dari sejumlah daerah di Indonesia untuk memerdekakan diri, tidaklah relevan. Menurutnya, kasus Papua jangan sampai menjadi sandera bagi pemerintah Indonesia.
Politisi PKS yang yang lain Hidayat Nur Wahid menambahkan, belum jelasnya sikap Indonesia terkait Kosovo tidaklah rasional. Sebab Indonesia bahkan sudah mengakui kemerdekaan Sudan Selatan dan Libya baru.
“Kalo Sudan Selatan dan Libya bisa. Apa bedanya dengan Kosovo?,” kata hidayat.

Sumber berita: Hidayatullah.com

Sumber Foto: www.kosovo-liberty.com

Untuk Sementara PKS Unggul 1-0!

pks

Untuk sementara posisi PKS kini di atas angin. Karena dalam sidang kasus suap impor daging yang berlangsung hari Jumat (17/5/2013) di Pengadilan Tipikor, beberapa saksi menyatakan  bahwa kasus tersebut tidak ada kaitannya dengan PKS atau mantan Presiden PKS, Lutfi Hasan Ishaaq.
Koordinator Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF), Mustofa B Nahrawardaya mengatakan bahwa dalam persidangan hari ini jelas, kasus ini tak ada hubungannya dengan PKS ataupun LHI.
“Skornya 1-0 untuk keunggulan PKS,’’ ungkapnya kepada INILAH.COM, Jumat (17/5/2013).
Selanjutnya, Mustofa membeberkan fakta hukum yang terjadi dalam persidangan. Misalnya keterangan Fathanah yang mengaku bukan kader PKS dan berprofesi sebagai makelar proyek. Demikian pula pengakuan Maharani Suciono tentang asal muasal uang sebesar Rp10 juta.
‘’Semuanya membantah tudingan miring terhadap LHI. Yang sempat diisukan berada sekamar dengan Maharani. Demikian pula transkrip pembicaraan LHI dengan Fathanah, tidak ada yang mengarah kepada uang suap Rp 1 miliar,’’ terangnya.
Persidangan suap impor daging sapi di Pengadilan Tipikor Jakarta, hari Jumat (17/5/2013) menghadirkan mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera Luthfi Hasan Ishaaq, Menteri Pertanian Suswono, Ahmad Fathanah, Maharani Suciono sebagai saksi untuk dua terdakwa kasus korupsi impor daging sapi di Kementerian Pertanian, Juard Effendi dan Arya Abdi Effendi.
Sumber berita: www.inilah.com
Sumber gambar: www.islamedia.web.id

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates